November 20, 2008

ketika semuanya terasa begitu salah

Pernah saya baca di sebuah buku yang entah apa judulnya, bahwa kadang dalam satu fase di kehidupan yang kita jalani, kita akan menjumpai diri kita berada pada posisi yang tidak jelas kemana arahnya. Kemudian, kekosongan akan dengan segera kita rasakan, seperti ada yang terlewat begitu saja, hilang atau bahkan kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya menimpa kita.


Mencari, adalah satu hal yang paling lazim dan spontan dalam menghadapi fase ini. Mungkin proses yang satu ini bisa berjalan begitu lambat, cepat atau tergesa-gesa, akan tetapi, segera kita akan menyadari bahwa kita perlu menemukan pertanyaan itu atau dasar atas pencarian kita, “apa yang saya cari sebenarnya?”. Kalimat pendek itu memang terkesan sederhana, tetapi menurut saya pribadi, pertanyaan itu sedikit rumit.


Di umur saya yang twenty something ini, seharusnya pertanyaan tersebut sudah terjawab. Kenyataanya, memang tidak semudah yang saya kira. Sempat saya berpikir bahwa apa yang cari dan inginkan itu sudah saya temukan, tetapi ketika prose situ berjalan, saya kembali pada pertanyaan dasar itu. Kembali me-redefini diri saya dan mencari jawaban, mungkin untuk proses ini saya bisa belajar dari pengalaman seorang Christopher McCandless. Dia adalah seorang pemuda yang memilih untuk meninggalkan kehidupan yang nyaman untuk mengejar apa yang dianggapnya sebagai sebuah kebebasan, berjalan dalam sebuah pencarian, menyusuri Amerika dan Mexico hingga dia memutuskan untuk menjelajahi Alaska. Meskipun, akhirnya perjalanannya harus berakhir pada kematian.


Pelajaran paling mendasar yang saya dapat dari cerita yang sudah terekam dalam bentuk film ini (Judul filmya “Into The Wild”, disutradari oleh Sean Penn), adalah niat dan keberanian kita dalam memilih dan menentukan arah hidup kita. Seperti Chris yang memiliki mimpi untuk hidup dalam kebebasan, saya sendiri adalah seseorang yang memiliki mimpi, hanya saja hingga saat ini, saya merasa belum melakukan apa-apa untuk mewujudkan mimpi itu. Dan karena alasan inilah, saya tiba pada satu fase dimana saya kembali pada sebuah pertanyaan dasar tersebut. Karena, menurut saya, ketika nanti saya sudah dihadapkan pada awal perjalanan yang hendak saya tempuh, saya harus sudah memiliki pondasi awal yang kokoh.


Sederhannya, tahu apa yang saya inginkan dan siapa diri saya sebenarnya, adalah pondasi yang baik. Setidaknya, saya berharap, dengan pondasi tersebut saya akan mampu bertahan dalam setiap keadaan, baik yang menyenangkan, melenakan atau menghancurkan.

No comments: