Showing posts with label notes in poem. Show all posts
Showing posts with label notes in poem. Show all posts

April 13, 2009

the city scream's



who is he?
the boy who sits alone
under a poor bus stop
and just let the time passes him
when the night is coming
and he still there, looking for nothing
seems mean something.
the emptiness itself become louder
than any single sound,
the city scream's.

October 21, 2008

the second rain

i was smiling and walk away
from a dusty hot rail road,
while the wind symphony end up
in a hand of a blind and deaf conductor.

and a handful girl comes silently
with a bucket of pouring water
flies above the wreck roofs.

October 11, 2008

INSOMNIA DAN SECANGKIR TEH

Jangan lupa, kau pernah menuliskan sepetak lubang yang digenangi bah di jalan depan, tepat di saat aku ingin berhenti menghitung partikel-partikel udara. Kemudian, kau juga langsung menimpali dengan menenggelamkan burung hantu pada kelangkang laut yang ada di bawah gubuk reot di bawah pohon yang tak lagi didauni matahari dan napas.


Tapi, bahwa aku sudah tidak lagi memiliki peri-peri yang senantiasa bersemayam dalam bantal dan guling di atas bongkahan kapuk itu, adalah kejujuran seorang penyebar berita atau penceramah. “Aku tidak percaya!”, begitu katamu. “Aku mencium bau bangkai di atas altar persembahan dan tempat mereka menyampaikan berita”.


Aku mengerti bahwa yang kau maksud adalah kambing-kambing penggembala yang dibiarkan menjadi liar di padang yang penuh dengan ranjau-ranjau serupa apel yang nyala merah. Lalu, aku juga paham tentang kuda yang berlarian meneriakan rasa bebas tak lagi bahwa bahwa pancang rantai itu selalu ada di kaki-kakinya, “dia tidak pernah berkenalan dengan merdeka atau yang dibilang pengembala, penyelamat, penununtun atau apalah itu namanya…”


Hujan tiga hari lalu juga tak akam mampu menumbuhkan sekam yang kutaman di atas kepala boneka bersayap, begitu katamu. Aku segera pergi sembari menari dan meninggalkan aku dengan teh dalam cangkir berwarna legam, “Aku tidak akan pernah tidur hingga aku bertemu denganmu kembali…”



Gresik, 10 October 2008, 9:53:23 PM

October 9, 2008

sekedar menulis saja

Saya tidak tahu apakah ini memang sudah saatnya bagi saya untuk menekuni kembali hobi menulis yang sempat terlupakan. Entah ada hubungannya atau tidak, hujan semalam (untuk pertama kalinya setelah sekian lama tidak ada hujan di Surabaya) membuat saya merasa senang dan ter-stimulus untuk menulis lagi.

Mungkin alasan yang paling mendasar kenapa saya berhenti menulis adalah satu fakta bahwa saya masih belum bisa untuk memecah konsentrasi, banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini dalam hidup saya, entah itu yang baik ataupun yang buruk. Bukannya saya mencari-cari alasan, hanya saja, sepertinya saya perlu waktu untuk berpikir, mengedapkan dan kemudian menuliskannya pada saat yang tepat. Seperti janin yang juga perlu waktu untuk kemudian lahir menjadi bayi dan tumbuh berkembang menjadi pribadi-pribadi yang original dan otentik, itulah yang saya inginkan dalam setiap tulisan saya. Meskipun, kadang saya merasa malas melepaskannya karena banyak di dalam tulisannya saya, masih sangat mencerminkan pribadi saya dan orang di sekitar saya.

Dan tulisan pendek ini adalah langkah awal saya untuk kembali menekuni hobi menulis ini karena suatau saat nanti, saya ingin mewujudkan mimpi untuk menerbitka tulisan-tulisan saya.

September 4, 2008

sadly, i laugh at a cold silent morning
and a pocket of stillness drags me
to the edge of my conscious.
am i awake?
or it just a simple self portrait
that stuck in the wall....

July 22, 2008

a simple story about m


"Nothing but Me"


"Cold"


"attempts"


"the dirty laundries"


"left and cigarette"


"TV+MIRROR = LIFE"

July 8, 2008

sore yang penuh tanda tanya

dan sore akan segera
melahirkan malam
yang tunduk oleh waktu,
sudah berangkan genap
dan mengganjil dalam
jengkal setiap pejalan.
apakah itu yang menjadi keinginanmu?

Rabu, 2008 Mei 21 at 01:39

May 31, 2008

and the smoke dance...

i found my self lonely in a sad yellow bed
drowning into great candy tasteful solitude
and consumed by a massive memories

the laugh and the tears melted
then blended with pour of heart lemonade

my fingers yells, push them self to do
what I don’t want to do,
type some letters in a pseudo-papers
on a real-unreality box

the conscious begin to recognize
a pack of strange words in it,
and it keeps me not to speak out
some short of asks

yet my lips keep enjoy the agony,
sucking a black cigarette,
releasing all the rubbish
and threw it out with
its smoke dances...

February 1, 2008

-22-2-2-

22
menjadi genap sudah
meski ada ganjil dalam
sekat pemisah yang diselempangkan
di tengah waktu, pagi tadi

2
tidak hanya bersendiri
ketika hitam-putih atau gelap terang
menjadi tajuk utama di kolom-kolom
buku yang sedang ditumpahi huruf-huruf,
angka-angka, tanda dan tetesan-tetesan asin

2
melengkapi serangkaian kalimat
ketika titik bukan lagi akhir.

: milisekon, detik, menit, jam,
hari,minggu, bulan, bahkan tahun
sudah terlewati meski hari tak pernah
saling ganti.

tak juga pernah kembali
meski kadang gambar-gambar itu
ingin diraih, disunting, atau ditambah-kurangi
agar bisa jadi cerita yang tergenapi.


*sebuah refleksi 2-2-1986 - 2-2-2008


January 30, 2008

Merry-Goes-Round

: A Poem by Asrul Dwi

red bloody wine, tasteless
golden champagne, glouriusless
blue barbie cocktail, fakeness
: fracture essential needs.
it’s a day life,
pick your horse
ride and go
drive into an eternal
death, yes it was.
fulfill the circle
with no distortion
but it’s a same rhyme,
oh merry goes round.
let your hope melted by
it self.
you’re drowning
to the glow
of a gloomy joy.

Gresik, April 07, 2006. 1:06 AM

January 28, 2008

November 28, 2007

i'm talking about my self

Aku hanyalah sebatang kayu yang hanyut
dan ikut dalam alir sungai
menuju ke sebuah muara yang entah
akan berkahir dimana...
mungkin kematian....?

Bersamanya sedikit demi sedikit
kulitku tercabik, terberai, terhempas
ke bebatuan.
didampingi riak dan buih-buih
aku mencoba tetap bertahan
dan kian sadar bahwa aku
hanya sebatang kayu yang rapuh
tak lagi punya reranting dan dedaun,
Aku hanya sebatang kayu
yang ingin berjumpa mentari
di garis batas sebelah barat
antara siang dan malam...

Dan kan kulanjutkan pagi ini
dengan repih bintang yang berhasil kau selamatkan dari maut
tuhan...

...aku adalah bandul ayunan, dikarati, dikuasai, dihujan-teriki musim...

October 1, 2007

Untitled #1

sekali waktu pernah, aku dengar ceritamu
tentang hijau rumput yang masih basah
oleh tetes-tetes embun lalu kau
iriskan pada lengan kirimu.

di pagi itu, begitu damai dan ramai dunia seketika
meski merah kental darah yang mengalir
tak kau rasa karena hidup buatmu begitu
telah terasa
memang, pelangi di iris matamu begitu jujur bercerita

ada senyum kecil
ada binar mata bianglala
ada garis luka

tertinggal dalam lembaran teka-teki awal hari,
entah fajar atau senja
dan, bagimu, masih sama, hari yang sama,
garisgaris sama.