February 1, 2008

Cerita Cinta dan Dunia dalam Ketidaksadaran


Pendahuluan

Cerita cinta memang banyak memberikan inspirasi. Banyak sekali karya-karya besar yang dilatari cerita cinta dan bahkan beberapa diantaranya cinta menjadi inti utama dari cerita. Sudah tidak terhitung lagi berapa karya yang memuat atau mengisahkan tentang cinta, beberapa diantaranya yang paling dikenang adalah Romeo and Juliet karya Shakespeare, Layla Majnun dan Siti Nurbaya karya Marah Rusli.

Karya sastra tidak hanya menjadi satu-satunya media yang dapat digunakan untuk menceritakan kisah cinta, cerita cinta bisa saja berkeliaran di dalam lukisan, patung, lagu-lagu atau film-film. Banyaknya media dan hal yang menarik dari cinta mendorong para seniman atau penulis untuk mengisahkannya dalam sudut pandang yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dua karya yang akan dibahas dalam tulisan ini mungkin dapat mewakili pernyataan tersebut, karya-karya itu adalah sebuah novel karya Chavcay Syaifullah berjudul Payudara (2003) dan Film Wristcutters A Love Story (2007) yang ditulis serta disutradari oleh Goran Dukic.

Payudara bercerita tentang Sakti yang berusaha dengan keras untuk menulis sebuah surat demi menyatakan perasaannya terhadap Payudara. Kemudian cerita berkembang ke arah yang tidak terduga, dan banyak hal-hal yang terjadi di dalamnya merupakan sesuatu yang tidak dapat diterima secara rasional hingga akhirnya kita tahu bahwa sebenarnya semua itu hanya ada pada dunia kegilaan Sakti yang mencintai dokter jiwanya sendiri yang juga bernama Payudara.

Setelah putus dengan pacarnya Zia (dalam film Wristcutters A Love Story) memilih bunuh diri dengan cara mengiris pergelangan tangannya. Setelah itu dia masuk ke dalam dunia yang juga dipenuhi dengan orang-orang yang melakukan bunuh diri, dunia dimana orang-orang tidak bisa tersenyum serta tidak ada bintang di malam hari. Wristcutters A Love Story banyak mendapat nominasi maupun penghargaan, diantaranya Grand Jury Award Namination Sundance Film Festival, Best First Feature Nomination di Spirit Award, Best Feature Film di Gen Art, NY dan Best Narrative Film di Wisconscin Film Festival.

Kedua karya yang berbeda media ini memiliki kemiripan tidak hanya dari segi tema cerita tetapi dikeduanya, hampir sebagian cerita dikembangkan dalam dunia ketidaksadaran alam bawah sadar (unconscious mind) tokoh utama.


Cerita Cinta yang Tragis

Dalam Payudara kisah cinta yang menjadi pengerak cerita, dalam konstruksi masyarakat secara normatif dianggap menyimpang karena kicah cinta itu terjadi antara seorang pasien rumah sakit jiwa dengan dokternya sendiri. Karena alasan tersebut Si Pasien, Sakti, akhirnya diusir dari rumah sakit jiwa dan Payudara, Sang Dokter, lebih memilih merepresi rasa cintanya karena dia sendiri sebenarnya sudah berkeluarga.

Sakti berusaha keras untuk mengungkapkan cintanya terhadap Payudara dalam sebuah surat dan ini yang kemudian mengantarkannya pada pertemuan dengan Isabela, setan perempuan berjawah cantik di sebuah pekuburan tua ketika Sakti dan Bayu, sahabatnya, mencari penjual nasi goreng di malam hari. Kemudian Sakti menyadari bahwa Isabela adalah Payudara yang keluar dari lukisan di dinding-dinding kamarnya. Akan tetapi hal itu sudah terlambat karena Isabela telah menikah dengan Isabela yang kemudian dianggap sebagai tonggak perdamaian antara manusia dan setan.

Pencarian akan kekasih juga menjadi bagian penting dari Wristcutters, Zia, tokoh utama dalam film ini, mengakhiri hidupnya karena patah hati setelah putus dari pacarnya. Kemudian, ketika Zia bertemu dengan seorang temannya di pasar swalayan yang mengatakan bahwa mantan pacarnya, Desiree, juga bunuh diri dan tinggal di dunia tanpa senyum itu. Zia mencarinya dengan ditemani oleh Eugene, seorang musisi rusia yang bunuh diri dengan cara menuangkan sebotol bir ke gitar listri saat dia berada di atas panggung. Mereka kemudian bertemu dengan Mikal, seorang gadis yang ingin kembali ke kehidupannya semula karena dia yakin bahwa dia sebenarnya tidak sengaja membunuh dirinya. Zia memang bertemu dengan Desiree, tetapi pada saat yang sama dia menyadari bahwa dia telah jatuh cinta kepada Mikal.

Kedua cerita ini tidak mengisahkan cinta sebagai sesuatu yang indah melainkan sebaliknya, cinta dikisahkan sebagai sesuatu yang menyedihkan dan tragis sekaligus membodohi. Sakti dengan cintanya yang sedemikian besar kepada Payudara malah membuatnya semakin tenggelam kegilaan atau schizophrenia akut dan Zia memilih bunuh diri karena putus cinta dengan kekasihnya, Desiree. Desiree pun demikian, karena merasa bersalah, dia juga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari atap sebuah gedung.


Dunia dalam Ketidaksadaran

Sempat disinggung di atas bahwa sebagian besar cerita terjadi di dalam dunia ketidaksadaran. Di dalam Wristcutterts A love Story, latar cerita adalan dunia dimana orang-orang yang bunuh diri hidup sesudah mengakhiri hidupnya. Di dunia itu, semua orang tidak bisa tersenyum dan di malam hari, bintang-bintang tidak pernah muncul. Sebenarnya Zia tidak benar-benar mati melainkan hanya tidak sadarkan diri dan terbaring di rumah sakit, hal ini dapat kita ketahui di akhir cerita. Sedangkan di Payudara, cerita terjadi pada realita yang berlangsung dalam ruang ligkup orang gila. Hal ini memungkinkan segala sesuatu yang ada dan terjadi menjadi sangat tidak rasional dan aneh.

Dengan latar dunia dalam ketidaksadaran memungkin penulis untuk memasukkan segala hal yang muskil, sebab identitas bisa hilang, bercampur baur, tumpang tindih, cair, rantai petanda dan penanda putus, kadang-kadang tidak memiliki referensi lagi, sementara konsep waktunya kabur. Kedua karya ini mewarkan realitas fiksi yang lain dari hanya sekedar kehidupan sehari-hari.


Yang Ajaib dan Yang Aneh

Di dalam kedua karya ini realitas-realitas yang digambarkan memang dibiarkan terwujud secara liar dan berkembang apa adanya. Hal-hal yang aneh dan ajaib menjadi sebuah kewajaran. Payudara menggabungkan kegilaan, halusinasi dan imajinasi dalam dunia yang lebih banyak bersifat mistis sesuai dengan latar budaya Indonesia yang masih mempercayai hal-hal berbau mistis. Sedangkan Wristcutters lebih memilih kehidupan setelah kematian (life after death) dengan balutan keajaiban dan sesekali dimunculkan juga hal-hal yang berbau sci-fi (science fiction) seperti adanya lubang hitam di bawah dashboar mobil Eugene yang menyerap apa saja yang jatuh ke dalamya. Hal-hal semacam ini relatif masih bisa diterima dalam dunia barat karena dalam bidang keilmuan juga diakui.

Dunia mistis dalam Payudara, diwakili dengan hadirnya Isabela dan para makhluk di dalam kuburan tua. Isabela adalah setan perempuan cantik yang meloncat-loncat seperti vampir. Isabela akhirnya menikah dengan Bayu, sahabat Sakti, dalam masyarakat Jawa ada satu kerpercayaan yang hampir mirip dengan realitas ini yaitu kepercayaan bahwa Nyi Roro Kidul menikah dengan para raja Jawa. Di dalam Payudara sendiri pernikahan ini dianggap sebagai Revolusi Kebudayaan sekaligus awal dari berakhirnya permusuhan antara setan dengan manusia yang dimulai sejak hadirnya Adam.

Kekuatan keajaiban (miracle) yang juga banyak terdapat di buku-buku anak-anak menjadi salah satu hal penting dalam Wristcutters, kepercayaan terhadap keajaiban itu divisualisasikan berdasarkan kenyataan yang berkembang di dalam masyarakat, keajaiban kadang bisa terjadi dan kadang hal itu hanya isapan jempol.


Penutup

Payudara yang mengombinasikan kegilaan dengan imajinasi, halusinasi dan ”sedikit” filsafat kemudian melahirkan kejadian-kejadian yang muskil memang dengan sengaja digunakan untuk menolak apa yang disebut rasionalitas. Sedangkan dalam Wristcutter A Love Story, dunia dalam ketidaksadaran Zia adalah tempat dimana kita bisa belajar agar tetap tersenyum meski badai menimpa kita juga sekaligus menyakinkan kita bahwa keajaiban itu memang ada karena pada akhir cerita Zia dan Mikal dipertemukan dalam satu bangsal yang sama, dan mereka saling tersenyum. Dan pada akhirnya keduanya karya ini memang sengaja mempermainkan rasionalitas yang banyak diyakini oleh orang-orang. Manusia dianggap sebagai makhluk yang rasional sekaligus irasional.

-22-2-2-

22
menjadi genap sudah
meski ada ganjil dalam
sekat pemisah yang diselempangkan
di tengah waktu, pagi tadi

2
tidak hanya bersendiri
ketika hitam-putih atau gelap terang
menjadi tajuk utama di kolom-kolom
buku yang sedang ditumpahi huruf-huruf,
angka-angka, tanda dan tetesan-tetesan asin

2
melengkapi serangkaian kalimat
ketika titik bukan lagi akhir.

: milisekon, detik, menit, jam,
hari,minggu, bulan, bahkan tahun
sudah terlewati meski hari tak pernah
saling ganti.

tak juga pernah kembali
meski kadang gambar-gambar itu
ingin diraih, disunting, atau ditambah-kurangi
agar bisa jadi cerita yang tergenapi.


*sebuah refleksi 2-2-1986 - 2-2-2008


January 30, 2008

Merry-Goes-Round

: A Poem by Asrul Dwi

red bloody wine, tasteless
golden champagne, glouriusless
blue barbie cocktail, fakeness
: fracture essential needs.
it’s a day life,
pick your horse
ride and go
drive into an eternal
death, yes it was.
fulfill the circle
with no distortion
but it’s a same rhyme,
oh merry goes round.
let your hope melted by
it self.
you’re drowning
to the glow
of a gloomy joy.

Gresik, April 07, 2006. 1:06 AM

January 27, 2008

Masyarakat yang Meng-Aborsi*

Sadar atau tidak, stigma negatif akan langsung kita sangkutkan kepada perempuan yang melakukan aborsi (abortus provocatus ), bahwa perempuan tersebut tidak bermoral, tidak beragama, tidak beradab, pendosa dan label-label buruk yang lain.

Tapi apakah kita pernah bertanya pada diri kita sendiri, apa yang akan kita lakukan jika kita berada pada posisi mereka (perempuan yang memutuskan melakukan aborsi) ?. Jawaban yang akan keluar mungkin adalah kita selalu memiliki pilihan untuk tidak melakukan aborsi. Ironisnya, masyarakat cenderung tidak memberi pilihan, apalagi bagi perempuan yang hamil di luar nikah atau bahkan korban permerkosaan. Hakim-hakim moral akan bermunculan dan menjustifikasi perempuan-perempuan ini dengan berbagai macan julukan atau cap.

Sebenarnya banyak sekali alasan bagi seorang perempuan untuk melakukan aborsi. Diantaranya adalah (1) alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil, (2) alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi, (3) kehamilan di luar nikah, (4) masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga, (5) masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat, (6) kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).

Dari keenam alasan yang telah dipaparkan tersebut, setidaknya ada lima alasan yang memiliki hubungan kausalitas dengan keadaan sosial masyarakat kita. Pada kenyataannya memang sebagian besar para pelaku aborsi ini tidak sanggup menerima beban yang begitu berat ketika lingkungan sosialnya tidak bisa menerima mereka. Terutama bagi anak muda, tekanan sosial bagi mereka terasa begitu berat, baik dari teman, guru, atau orang tua. Banyak sekali kisah sedih yang menjadi bagian hidup mereka, di satu sisi mereka ingin mempertahankan kandungan mereka dan di sisi lain mereka harus memutuskan untuk tidak mempertahankan karena mereka sadar bahwa mereka tidak akan mendapat kesempatan kedua dari masyarakat yang kadung berpikiran bahwa mereka adalah produk-produk pergaulan bebas.

Lantas apakah yang harus dilakukan untuk mendorong sikap antiaborsi ?. Pertama, merubah persepsi masyarakat tentang kehamilan di luar nikah. Hal ini dirasa sangat perlu karena wacana yang berkembang tentang kehamilan di luar nikah sangat tidak memihak dan cenderung jauh dari humanitas. Perempuan yang hamil di luar nikah biasanya tidak bisa mendapatkan hak-hak sosialnya secara penuh dan pintu-pintu kesempatan mereka untuk melakukan hal yang lebih baik dengan kejam ditutup begitu saja, seperti yang sudah terjadi selama ini. Sebagai contoh, apabila ada seorang siswi sekolah yang hamil di luar nikah dan sekolah tersebut mengetahui, secara otomatis mereka akan langsung dikeluarkan. Peristiwa semacam ini hanya akan menambah bebas psikologis mereka yang hamil di luar nikah dan dapat mendorong mereka untuk mencari jalan keluar yang instant yaitu aborsi.

Kedua, memberi pendidikan seks yang memadai dan represntatif. Pergaulan remaja sekarang ini, seks bukanlah hal yang asing. Kita tidak bisa menutup mata dan telinga atau berlaku bahwa pola pergaulan semacam ini tidak ada. Perkembangan teknologi yang pesat, seperti internet atau yang lainnya, memberi kemudahan akses penyaluran keingintahuan mereka terhadap seks yang masih dibicarakan dengan malu-malu oleh masyarakat kita. Mungkin yang paling efektif adalah menyarankan penggunaan kondom atau alat kontrasepsi lainnya agar angka kehaliman yang “tidak dikehendaki” dapat ditekan seminimal mungkin.

Ketiga, mengedukasi masyarakat tentang bahaya atau efek-efek negatif yang akan didapat setelah melakukan aborsi sebagai shock teraphy. Secara medis aborsi dapat menyebabkan, terjadinya perforasi (pelubangan) dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum (selaput perut), ke ligamentum latum atau ke kandung kencing. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis (radang selaput perut). Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian, infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi. Selain itu, Aborsi menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah tindakan kriminal di Indonesia. Pasal-pasal KUHP yang mengatur hal ini adalah pasal 229, 341, 342, 343, 346, 347, 348, dan 349.

Keempat. Memberikan pondasi keagamaan ajaran moral yang kuat agar di masa yang akan datang, para remaja tidak mudah terjerumus ke dalam pergaulan bebas atau paling tidak mereka dapat menutuskan mana yang baik dan mana yang buruk bagi kehidupan mereka. Serta, menyiapkan mental mereka agar tidak memilih jalan yang instant untuk menyelesaikan masalah. Melakukan aborsi tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan akan berakibat sebaliknya, rasa sesal akan menghantui seumur hidup karena tidak hanya satu kesalahan yang telah dilakukan. Dan yang perlu diingat, bahwa aborsi sama dengan membunuh! Lebih-lebih jika dilandasi oleh rasa malu dan takut kehilangan posisi social tertentu.


*Tulisan ini adalah tugas salah satu matakuliah yang saya ikuti semester yang lalu





January 26, 2008

Radit dan Jani : Love, Seks, Drugs and Money

Kamis kemarin saya sengaja nyediain untuk nonton film Indonesia baru yang ditulis dan disutradarai Upi (30 hari mencari cinta dan Cerita Yogyakarta dalam Perempuan Punya Cerita), Radit dan Jani.

Polaroid_800x600Tidak ada ekspektasi apapun dalam benak saya ketika berniat nonton film ini (ini karena beberapa film indonesia yang baru tayang di bioskop sangat menyedihkan hasilnya), hanya saja saya tertarik dengan tagline dari film ini, Brutally Romantic. Saya hanya ingin melihat bagaimana sebenarnya wujud dari film romantis yang brutal, romantis karena film ini memang dibangun dari cerita cinta yang terjadi antara pasangan muda, Radit (Vino G. Bastian) dan Anjani atau Jani (Fahrani). Sebenarnya cerita cinta yang menjadi pondasi film ini sangat biasa atau bisa dibilang cerita cinta klasik. Akan tetapi, film ini memiliki sudut pandang yang berbeda dan memiliki aspek-aspek penceritaan yang berbeda, yaitu seks, drugs and money.

Meskipun tidak terlalu vulgar dari segi gambar, kisah cinta Radit dan Jani yang sangat liar, membawa mereka pada jalinan cinta yang menggebu dan penuh hasrat. Seks bukan lagi menjadi hal yang tabu untuk diumbar, mengingat di dalam film ini mereka diceritakan adalah pasangan muda yang telah menikah dan Jani memilih untuk tinggal dengan Radit meskipun dia harus keluar dari rumah karea orang tuanya tidak menyetujui, di sinilah letak keklasikan cerita cinta Radit dan Jani. Hal ini juga memang perlu diwujudkan dalam gambar karena kehidupan mereka sangat liar, mereka menjalani kehidupan yang tidak biasa dalam tataran normatif kita (indonesia), mencuri barang dari minimarket, nyolong telepon genggam dan mencuri di rumah orang tua mereka sendiri menjadi bagian menarik dari keseharian mereka.

Cerita menjadi semakin kompleks, karena Radit adalah seorang musisi idealis yangRaditdanjani12fotobyeriek_dokifi rela kelaparan demi menjaga keidelisannya ditambah dia juga seorang drug addict. Jani berusaha sekuat tenaga untuk bisa membuat Radit mengubah kebiasaanya itu tapi lagi-lagi dia tidak berhasil karena dia terlalu mencintai Radit. Menurut saya pribadi di sinilah letak salah satu perbedaan film ini dengan film cinta lainnya, mencintai seseorang tanpa syarat bukan berarti merelakan pasangan kita untuk semakin tenggelam dalam kuburan yang dia gali sendiri. Pesan moral ini memang digambarkan dengan kenyataan yang sebaliknya, di salah satu adegan, digambarkan ketika Jani berusaha membuat Radit lepas dari narkoba dengan cara membiarkannya sakauw di dalam kamar dan menguncinya dari luar. Tapi Jani akhirnya menyerah karena mendengar rintihan Radit yang kesakitan.

Lagi-lagi uang harus ditempat di antara kesetian dan cinta yang sudaj terjalin begitu kuat, nyatanya hal ini juga menjadi isu yang diangkat di dalam film ini. Di dalam hingar-bingar kehidupan yang serba konsumtif, uang adalah barang yang paling realistis dan harus menjadi pelengkap utama dalam hidup, cinta saja tidak cukup!. Cinta tidak akan membuat kita kenyang dan hidup nyaman, meskipun kenyamanan hidup memang bisa kita ciptakan dalam pikiran kita, hal inilah yang membuat Jani memilih hidup dengan Radit dan pada kenyataannya dia percaya bahwa dia bahagia dengan kehidupannya.

Cerita dalam film ini berjalan lambat, mungkin dengan cara ini kita bisa merasakan emosi yang coba dibangun si sutradara. Kita diajak untuk merasakan emosi yang digambarkan dalam setiap adeannya, tetapi menurut saya pribadi kemungkinan itu akan lebih bisa didapat apabila jalan ceritanya diperlambat sedikit lagi. Memang hal ini akan menyulitkan karena pada saat saya menonton ini banyak komentar-komentar dari penonton-penonton di sebelah saya yang malah mengeluh bosan. Selain itu, mungkin penceritaan semacam ini tergolong baru di Indonesia setelah sebelumnya dipenuhi film-film kurang bagus dan hanya menghibur (saya merasa lebih terhibur nonton film ini).

Menjelang akhir film ini saya tiba-tiba saja teringat beberapa film luar yang kurang lebih memiliki kemiripan tema cerita, yaitu L' Enfant (The Child) film yang menang Palm d' Or 2005), disutradari oleh Jean-Pierre Dardanne dan Luc Dardenne,serta Broken (2006) karya Alan White. Yang ingin saya maksudkan, bahwa film ini memang bercita rasa barat meski dibuat di Indonesia, meskipun diceritakan begitu realistis dengan latar masyarakat urban, tetap saja kultur yang ditampilkan kurang mewakili kultur Indonesia.

Lepas dari semua ini saya rasa film ini memang patut ditonton karena film brutally romantic ini memberi warna baru dalam perfilman indonesia, sama seperti film-film yang ditulis upi sebelumnya.

Radit_dan_jani_posterpreview Jenis Film DRAMA
Pemain VINO G. BASTIAN, FAHRANI, MARRIO MERDHITIA,
NUNGKI KUSUMASTUTI, JOSHUA PANDELAKI
Sutradara UPI
Penulis UPI
Produser ADIYANTO SUMARJONO
Produksi INVESTASI FILM INDONESIA
Homepage http://www.raditdanjani.com
Trailer http://www.youtube.com/watch?v=qm_uifzaiik
Durasi 110 MIN